Jumat, 23 April 2010

Continue Reading...

Kamis, 22 April 2010

harta yang dicari

Ketika malam sudah larut, menjelang tidur. Seringkali saya dan istri berdiskusi banyak hal. saya ditanya sama istri saya, 'Harta apa yang sesungguhnya kita cari didalam hidup ini Mas Woco?' Sejenak lama berpikir. Suara jangkring dimalam hari terdengar lebih keras. Dalam keheningan mencari sebuah jawaban tak kunjung ketemu.

Akhirnya saya menjawabnya juga. 'Ya uang yang banyak buat masa depan kita dan anak2 kita. Biar punya rumah sendiri. Biar punya kendaraan sendiri.'

'Salah Mas.."Katanya istri saya.

'Trus apa dong? Tanya saya dibuatnya penasaran

'Harta yang kita cari sebenarnya adalah hati yang tenang.' Begitu jawab istri saya.

Jawabannya membuat saya sejenak terdiam. Malampun semakin larut. Hana tertidur pulas dengan mimpi indahnya. Jam dinding terus berbunyi. Saya menyelami makna kata teramat dalam. Kata-katanya sangat menyentuh. Hal itu membuat hati saya menjadi terasa damai dan bahagia. Tiada henti mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala jawaban itu telah mengingatkan saya kembali bahwa hidup bukanlah semata-mata mengejar materi namun menjaga ketenangan hati merupakan pondasi dalam membangun keluarga sakinah mawaddah warahmah.

---
Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah ketenangan hati. (Bukhari - Muslim)
Continue Reading...
Dalam kegiatan belajar Imam Hasan al-Basri bertutur kepada murid2nya. Suatu ketika seorang laki-laki dan anaknya membawa seekor kuda ke pasar. Di tengah jalan, beberapa orang melihat mereka wajah acuh, 'Lihatlah orang-orang itu kasihan ya. Mengapa mereka tidak naik ke atas kuda itu?'

Laki-laki itu mendengar perkataan tersebut. ia lalu meminta anaknya naik ke atas kuda. Seorang perempuan tua melihat mereka, 'Sudah terbalik dunia ini! Sungguh anak tak tahu diri! Ia tenang-tenang di atas kuda sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan.'
Kali ini anak itu turun dari punggung kuda dan ayahnya yang naik. Beberapa saat kemudian mereka berpapasan dengan dengan gadis muda. 'Mengapa kalian berdua tidak menaiki kuda itu bersama-sama?'

Mereka menuruti nasehat gadis muda itu. Tidak lama kemudian sekelompok orang lewat. 'Binatang malang…, ia menanggung beban dua orang gemuk tak berguna. Kadang-kadang orang memang bisa sangat kejam!'

Sampai di sini, ayah dan anak itu sudah muak. Mereka memutuskan untuk memanggul kuda itu. Melihat kejadian itu orang-orang tertawa terpingkal-pingkal, 'Lihat, manusia aneh memanggul kuda!' sorak mereka.

Begitulah kehidupan haruslah kita sadari bahwa untuk menjalani dalam keseharian bukanlah berarti memuaskan semua pihak. Setiap keputusan yang kita ambil selalu ada orang-orang yang merasa tidak senang & tidak memuaskan. Tentu saja apapun resikonya di dalam hidup ketika keputusan sudah diambil tetap harus di jalankan sebab bila tidak dijalankan berarti kita hanya jalan ditempat.

---
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqon (pedoman) dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS Al-Anfal 29).
Continue Reading...

renungan

Perhatikan bagaimana al Quran membimbing kita melihat masalah, seperti yang disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 216, 'Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyenangi sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui (Q/2:216).

Renungkan pula bagaimana proses yang mengantar kita pada kebahagiaan, ternyata di sana ada pengorbanan. Pesta perkawinan yang sangat membahagiakan ternyata harus didukung oleh pengorbanan banyak hewan yang harus disembelih. Kemerdekaan suatu bangsa juga harus didukung oleh pengorbanan sebagian dari warganya, yakni dengan gugurnya para pahlawan di medan perang. Disadari atau tidak, sebenarnya setiap pribadi harus bersedia berkorban demi kebahagiaan bersama.

Pengorbanan, sifat mengalah harus selalu ada pada diri kita demi mewujudnya kebahagiaan yang hakiki. Suatu bahaya yang mencekam ternyata melahirkan kebahagiaan berupa munculnya orang-orang pemberani yang berhasil mengusir bahaya itu. Pengalaman menderita sakit parah ternyata bisa mendatangkan rasa kebahagiaan, yakni ketika merasakan betapa nikmatnya kesehatan. Jika penderitaan itu terjadi karena kesalahan maka itu adalah tanggungjawab kita sebagai pilihan hidup kita tetapi bila tidak bersalah itulah yang disebut dengan pengorbanan, maka pengorbanan kita akan dibalas oleh Allah dengan ketinggian derajat di akhirat (Q/2:155-157) .

Menurut al Quran, Allah memberikan potensi kepada kita untuk mampu memikul kesedihan dan melupakannya. Dalam surat at Taghabun disebutkan 'Tidak satupun petaka yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia (Allah) akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q/64:11).

Allah Maha Sempurna, sementara nalar kita tidak sempurna. Adakalanya kehidupan dapat dipahami oleh nalar kita dan seringkali tidak. Kita pernah diributkan oleh lirik lagu yang mengatakan bahwa takdir itu kejam, padahal takdir Allah selalu baik untuk hamba-hambaNya. Persoalan kehidupan memang bukan semata-mata problem nalar, tetapi problem juga rasa, sebagai akibat dari keinginan kita untuk selalu mendapatkan yang terbaik untuk dirinya, keluarga kita atau diri kita saja hingga melupakan yang lain. Jika problemnya demikian maka yang mampu menanggulanginya adalah ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berperan besar dalam mencapai kebahagiaan yang hakiki, dunia dan akherat.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath-Thalaq 4).
Continue Reading...

Text

senyumlah untuk hidup duniamu.....dan belailah butir tasbihmu untuk akhiratmu demi mengenang-Nya

Duis vitae velit sed

WARNET GLODOG on Facebook

Pengikut

Pages

 

Bocah Wangun Palang Tuban Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template